Tuesday, February 13, 2018

TENTANG BEBERAPA KEBAIKAN AHLUL BAIT (KELUARGA NABI)


Telah diriwayatkan bahwa Sayyidina Muhammad Al Jud bin Ali Ridho bin Musa Al Khadhim bin Ja’far Sodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainul Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib bertanya kepada Yahya bin Aktam dihadapan Al Ma’mun tentang sebuah masalah, katanya: ’’Apa maksud ucapanmu tentang seorang laki-laki yang melihat seorang wanita pada siang hari adalah haram, kemudian halal baginya ketika tergelincir matahari, kemudian haram baginya ketika dzuhur, lalu halal baginya ketika Maghrib, kemudian halal baginya ketika Isya`, lalu haram baginya pada saat pertengahan malam, kemudian halal baginya ketika fajar?”

Yahya berkata: “Aku tidak mengetahui hal itu, semoga Allah SWT memberi kebaikan padamu.”

Lalu Ma’mun berkata kepadanya: “Terangkan pada kami tentang hal itu wahai Amirul mu’minin!”

Kemudian beliau menjelaskan bahwa, sesungguhnya wanita ini adalah budak yang dilihat oleh seorang laki-laki yang bukan muhrimnya pada permulaan siang, lalu laki-laki itu membelinya saat tergelincir matahari, lalu memerdekakannya katika Dzuhur, lalu ia menikahinya katika Ashar, lalu ia mengdziharnya ketika Maghrib, lalu ia membayar kafarat ketika Isya`”, lalu ia menthalaqnya dengan thalaq raj’i ketika pertengahan malam, kemudian ia merujuknya ketika Shubuh.

Kemudian Al Ma’mun berkata pada Yahya: “Hebat sekali engkau, wahai putra Ar Ridho!”

Kemudian Al Ma’mun menikahkan Hasan dengan putrinya dalam sebuah majlis, lalu Hasan bersama putri Al-Ma`mun pergi menuju kota Madinah.
Kemudian perempuan itu mengirim surat pada bapaknya untuk mengadukan suaminya bahwa ia telah menjadikanya sebagai gundik, lalu bapaknya membalas surat itu dan mengatakan: “Aku tidak akan menikahkan Kamu kepadanya karena kamu mengharamkan kepadanya apa yang Allah halalkan, maka janganlah kembali pada hal tersebut.”

Kemudian setelah kematian bapaknya Al Hasan bersama istrinya pergi kepada Mu’tashim di Baghdad karena diutus untuk mencarinya 2 hari terakhir dari bulan Muharrom tahun 202 H dan menetap disana hingga meninggal pada tahun 203 H, dan dimakamkan di pemakaman orang Quraisy tepatnya pada makam kakeknya Al Kadhim. Hasan Al Askari meninggalkan 2 putra dan 2 putri yang amat baik, mulia dan sempurna. Al-Hasan dijuluki dengan Al Askari karena beliau berdomisili di Madinah (Samaro), yang biasa juga dikenal dengan nama Madinah Al Askar. Ayah beliau lahir pada tahun 153 H dan meninggal pada tahun 205 H

Beliau mewarisi ilmu, pengetahuan dan keberanian dari ayah beliau.
Kholifah Mutawakkil telah memenjarakannya, kemudian terjadilah kemarau ditengah-tengah masyarakat, lalu mereka berdoa memohon agar diturunkan hujan selama 3 hari, tetapi tidak juga diturunkan hujan, kemudian Kholifah Mutawakkil memerintahkan kepada seluruh masyarakat untuk mengeluarkan orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani bersama mereka, lalu mereka keluar bersama seorang pendeta, kemudian pendeta itu mengangkat kedua tangannya keatas langit, dan seketika itu turunlah hujan yang sangat lebat.

Pada hari kedua pendeta itu melakukan hal yang sama, sehingga menyebabkan beberapa orang ragu akan Islam, sebagian dari merekapun murtad lalu masyarakat dilanda kesengsaraan yang berat, hal itu sangat menyulitkan bagi kholifah Mutawakkil, lalu Ia memerintahkan untuk menghadirkan Hasan Al-Askari.
Kemudian Hasan Al-Askari berkata: “Perintahkan mereka untuk keluar besok dan Insya Alloh kesengsaran itu akan hilang.’’

Lalu masyarakat mengusulkan tentang pembebasan Hasan dari penjara pada kholifah, kholifahpun membebaskannya dan beliau keluar bersama orang-orang untuk meminta diturunkan hujan. Tatkala pendeta mengangkat tangannya bersama orang-orang Nasrani, terjadilah mendung dilangit, kemudian Hasan menyuruh agar pendeta menggenggam tangannya, lalu ia menggenggam, tiba-tiba pada tangan pendeta terdapat tulang manusia.
Lalu Hasan mengambilnya, kemudian beliau berkata: “Angkatlah tanganmu!’’
Lalu ia mengangkatnya, maka mendungpun tiba-tiba hilang dan mataharipun terbit, orang-orang menjadi kagum akan hal tersebut.
Kemudian kholifah bertanya kepada Hasan: “Apakah ini wahai putra Muhammad?’’

Hasan menjawab: “Ini adalah tulang salah satu nabi dari beberapa nabi yang mampu mengalahkan pendeta ini, yaitu satu-satunya tulang yang mampu membuka langit hingga menurunkan hujan yang sangat lebat, maka renungkanlah!’’

Lalu mereka menemukan apa yang seperti beliau katakan, maka keraguan agama yang terjadi pada masyarakat menjadi hilang dan mereka kembali pada Islam. Hasan kembali kerumahnya dalam keadaan terhormat dan tetap berhubungan dengan kholifah hingga beliau wafat.
Telah terjadi pada pemerintahan kholifah Mutawakkil ada seorang wanita yang mengaku mulia dihadapannya.

Kholifah Mutawakkil bertanya: ”Dari siapa kabar tentang hal itu?”
Kemudian ia mengemukakan pada Hasan Al Askari, lalu ia menghadirkanya dan duduk bersamanya diatas tikarnya lalu menanyakan tentang masalah wanita tersebut, lalu Hasan menjawab: “Sesungguhnya Allah SWT mengharamkan binatang-binatang buas untuk memakan putra putri Hasan Husain, maka kalian pertemukan saja wanita tersebut dengan binatang-binatang buas itu, jika wanita tersebut tidak dimakan, berarti perkatan wanita itu benar.”
Kemudian mereka memberi tawaran terhadap wanita tersebut, lantas ia mengaku bahwa ia telah berbohong.
Lalu beberapa orang berkata kepada kholifah: “Mengapa Anda tidak membuktikan kepada Hasan sendiri apa yang Ia katakan itu?”

Lalu Kholifah Mutawakil memerintahkan untuk menyiapkan tiga ekor binatang buas agar diletakkan dihalaman bawah istananya, lalu beliau duduk diatas singgasananya supaya dapat melihat binatang-binatang itu, kemudian beliau mengunci pintu istana. Lalu beliau menyuruh untuk mendatangkan Hasan agar masuk halaman istananya dan mengunci halaman itu. Ternyata binatang-binatang itu tidak mendengar kedatangan Hasan, bahkan ketika binatang-binatang itu melihatnya mereka hanya diam dan melewatinya, binatang-binatang itu sangat bersahabat dengannya dan mengelilinginya, lalu Hasan mengelus punggung binatang itu dengan tangannya, lalu binatang-binatang itu kembali kekandangnya.

Kemudian Hasan membuka pintu istana lalu menghadap kapada kholifah dan berbincang dengannya sesaat, kemudian Hasan turun kehalaman lagi, perlakuan binatang-binatang itu tatap sama hingga beliau keluar lagi, lalu kholifah memberinya hadiah.

Kemudian orang-orang berkata kepada kholifah: “Mengapa Anda tidak melakukan hal yang sama?”
Maka Sang kholifah tidak berani melakukan hal itu, lalu beliau berkata pada Orang-orang tadi: “Apakah Kalian ingin membunuhku?”

Kholifah memerintahkan agar berita ini tidak tersebar pada siapapun.

No comments:

Post a Comment