Alkisah Asmu’i bercerita : pada suatu musim aku berada di kota Madinah alumuawaroh, kemudian datang kepadaku orang-orang fakir kampung dari segala pejuru. Tiba -tiba datanglah seorang gadis kecil yang berwajah dan terbelalaklah para pemuda. Gadis itu bertanya dengan pekataan yang lembut.
Gadis itu menatap pada wajah yang cerah dengan mata berbinar-binar, kemudian kedua matanya terpejam dan mohon perlidungan kepada Allah.
Aku bertanya kepada gadis itu; Wahai gadis, bolehkah kamu memandang wajah tampan diantara sekian banyak orang di musim ini?
Tiba- tiba gadis itu menangis dan bersenandung:
“aku takkan menampakkan wajah, sehingga persiapan menghabiskak keabadiaannya, dia adalah suatu yang mulia dan agung, meampakkanya sangatlah besat bahayanya, karena meampakkannya adalah bentuk penyimpangan dan kedzoliman sebagaimaa yang kau ketahui.
Aku telah menjaga dan menutupinya sehingga tak tersisakan bagiku sebuah sanad dan pak haisaku mati.
Aku membukanya secara terpaksa, karena kekhawatiranku. Alloh telah mengetahui apa yang aku lakukan.
Zaman telah membuka peutup kepala (kerudung) disebuah Negara. Sedikit sekali orang bijak (benar) dan dan dirham dianggap agug. Kini aku menjadi orang yang langka ditanah hijaz, sedangkan abu Robia’ah telah pergi berkemah.”
Aku mendekatinya dan memberinya sesuatu yang membuatya seang. Aku bertaya kepadanya, wahai gadis siapa namamu? Dia mejawab; “namaku Muntamanah biti Haisam, ayaku meinggal dalam peperangan, dan sampai saat ini bangsaku masih dalam kodisi seperti ini”.
Asmu’i berkata :
kemudian aku meninggalkannya. Kemudian Asmu’i bersepakat megadakan penyambutan.
Aku meceritakan kisah Mutamanah kepada Abu Kulsum Thauq bin Malik ib Thauq. Pada tahun berkutnya Abu Kulsum berniata akan mengujungi, kemudian aku mendatanginya bahkan aku singgah beberapa hari.
Sewaktu-waktu datanglah kepadaku seseorag yang berwaja ceria degan membawa pakaian dan karung, dan kedua benda itu diletakkan didepanku. Aku tak tahu keadaan keduanya, kemudian aku menoleh kepada Abu Kulsum dan Abu Kulsumpu berkata: Wahai Abu Abbas ii utukmu dari aku, dan ini hadiah dari Mutamanah .
Allah menyayanginya degan berkatimu. Kemudian ketika kamu menceritakan kabar Mutamanah kepadaku, akupun berselisih dengan orang yang datang dan memperistrinya. Dan akupu bercerita kepada Mutamanah sebagaimana certaku tentang dia, aku bersyukur atas perbuatanmu. Aku ucapka terimakasih atas kerendahan syukurnya
No comments:
Post a Comment