Tuesday, February 13, 2018

Kisah-kisah penuh hikmah (2)

KEUTAMAAN AMANAH DAN MENGUMUMKAN BARANG TEMUAN

Diceritakan konon ada lelaki fakir yang memiliki istri shalihah. Suatu hari istrinya erkata: “kita tidak memiliki makanan”. Lelaki itupun menuju ke tanah haram.

Di tengah jalan ia melihat kantong berisi seribu dinar. Diapun merasa gembira dan membawanya kepada istrinya. Istrinya berkata: “barang temuan di tanah haram harus diumumkan”. Lelaki itupun menuju ke tanah haram lagi untuk mengumumkan temuannya.

Tiba-tiba dia mendengar seseorang berkata: “siapa yang menemukan kantong berisi seribu dinar?” lelaki itu menjawab: “aku menemukannya”.

Orang itu berkata: “itu menjadi milikmu beserta sembilan ribu yang lain”. Lelaki itu berkata: “apakah anda bergurau?” orang itu menjawab: “tidak, demi Allah. Seseorang dari Irak telah memberiku sepuluhribu dinar dan dia berkata padaku; taruhlah seribu dinar itu dalam kantong lalu buanglah di tanah haram.

Jika seseorang yang menemukannya datang menemuimu, berikan sisanya. Sebab ia merupakan orang yang terpercaya, orang yang terpercaya berhak diberi makan dan sedekah”.
(cerita yang mengagumkan) rasulullah Saw. berkata: “aku lebih mencintai tiga hal dari harta kalian, istri dan wangi-wangian. Tetapi aku jadikan ketenangan pandanganku dalam shalat”.

Abu Bakar r.a berkata pada beliau: “aku mencintai tiga hal; memandang anda, duduk di depan anda, dan menyerahkan hartaku pada anda”. Umar r.a berkata: “aku mencintai tiga hal; memerintah kebaikan dan melarang kemungkaran, serta berkata benar meskipun phit”. Usman r.a berkata: “aku mencintai tiga hal; memberi makan, menebarkan salam dan shalat tengah malam sementara orang-orang lelap tidur”. Ali r.a berkata: “aku mencintai tiga hal; perang menggunakan pedang, memuliakan tamu dan puasa ketika kemarau”. Lalu jibril turun dan berkata: “aku mencintai tiga hal; menyampaikan amanah, menyampaikan risalah dan mencintai orang miskin”.

Lalu ia berkata: “sesungguhnya Allah ta’ala bersabda; aku mencintai tiga hal: lidah yang senantiasa menyebutku, hati yang bersyukur dan tubuh yang sabar menghadapi cobaan”. Ketika hal itu sampai kepada Abu Hanifah, dia berkata: “aku mencintai tiga hal; menghasilkan ilmu sepanjang malam, meninggalkan kesombongan dan merasa mulai, dan hati yang kosong dari urusan dunia”. Ketika hal itu sampai kepada imam Malik, dia berkata: “aku mencintai tiga hal; menghadap Rasulullah di makamnya, menjaga petilasannya dan kamarnya dan memuliakan keluarga serta keturunannya”. Ketika hal itu sampai kepada asy-Syafii, dia berkata: “aku mencintai tiga hal; bergaul dengan masyarakat secara lembut, meninggalkan memaksa, dan mengikuti jalan tasawuf”. Ketika hal tu sampai kepada imam Ahmad ibn HAnbal, dia berkata: “aku menyukai tiga hal; mengikuti hadis Rasulullah Saw., mengharapkan berkahnya dengan mengagungkan nur-nya, dan menjalankan tata kerama dalam sunahnya. Wallahu a’lam.

REKAYASA YANG BAIK

Diceritakan bahwa seorang shalih telah terujuk. Dia memiliki istri cantik dan sebutir mutiara yang dapat berbicara. Suatu ketika ia hendak bepergian, karena itu menyuruh mutiara tadi untuk menceritakan paanya apa yang dilakukan istrinya selama dia pergi. Si istri sendiri mempunyai teman yang setiap hari mengunjunginya. Ketika orang shalih tadi pulang, mutiara itu menceritakan semuanya padanya. Iapun memukul istrinya dengan keras. Akhirnya si istri tahu kalau suaminya dilapori oleh si mutiara. Lalu ia menyuruh pembantunya untuk membuat tepung malam hari di atas loteng dan meletakkannya di atas sarang si mutiara dalam kondisi kering. Kemudian ia menumpahkan air di atasnya, kemudian memantulkan bayangannya dengan cermin di bawah sinar lampu, dan sinarnya mengenai tembok.

Mutiara itu mengira bahwa suara itu berasal dari petirdan air tersebut adalah hujan, sementara kilatan cahaya dikira kilat. Pada saat siang menjelang, mutiara tadi berkata pada tuannya: “bagaimana kabar tuan semalam yang penuh hujan dan petir?” Tuannya menjawab: “bagaimana mungkin, sekarang ini musim kemarau!” Istrinya menimpali: “lihatlah kebohongannya, dan dia telah berbohong padamu tentang aku”. Lelaki itupun berdamai dengan istrinya dan berkata kepada si mutiara; “bagaimana engkau membuat cerita bohong”.

Lalu ia memukul dengan tongktnya sampai mengenai cangkangnya. Lalu si istri meminta agar mutiara itu dijual sebagai tanda kasih saying suaminya. Wallahu a’lam.

(Hikmah) Diceritakan bahwa penyebab tidak maunya malaikat memasuki suatu rumah adalah karena di dalamnya ada anjing atau gambar. Anjing diciptakan dari keringat iblis, ketika ia meludahi nabi Adam yang terbuat dari tanah. Lalu alaikat membersihkannya. Kemudian dari tempatnya diciptakanlah anjing. Malaikat dan setan tidak akan pernah berkumpul. Sedangkan gambar, dikarenakan dia menyerupai ciptaan Allah, dan Rasulullah Saw telah melaknat orang-orang yang menggambar. Wallahu a’lam.
(Faidah) Sebagian ‘ulama berkata: “pada diri anjing terdapat beberapa kebaikan.

Seandainya manusia mengetahuinya, ia akan mencapai derajat tertinggi; yaitu (anjing) sering lapar seperti orang-orang shalih, dia tidak mempunyai tempat tertentu seperti orang yang tawakkal, dia hanya sedikit tidur pada malam hari seperti rang-orang ang mencintai Alah, dia tidak memiliki harta seperti orang-orang zuhud, dia tidak pernah meninggalkan majikannya meskipun disia-siakan seperti orang-orang yang menghendaki bertemu Alah, dia ridho di mana saja tempatnya di muka bumi seperti orangorang yang tawadhu’, dia berpindah dari suatu tempat ke tempat lain ketika diusir seperti orang-orang yang ridho, ketika ia dilempar dengan sesuatu ia mengambilnya lagi tanpa rasa dengki seperti orang-orang yang khusyu’.

(faidah) Laba-laba menenun sarangnya karena empat hal; karena Rasulullah Saw ketika di gua bersama Abu Bakar, untuk Abdullah ibn unais ketika diutus Rasulullah Saw. untuk memerangi kaum kafir dan berhasil membunuh dan memenggal kepalanya. Ketika orang-orang yang mencarinya datang, ia masuk gua dan si laba-laba membuat sarang sehingga mereka tidak melihat. Dan demi Zaid ibn Zainal ‘Abidinibn Husain yang disalib sendirian, dan demi nabi Dawud Saw ketika diburu Thalut. Wallahu a’lam.

No comments:

Post a Comment