Saturday, February 27, 2021

KITAB FUTUHUL GHAIB | RISALAH 61 - 65

Menyingkap Rahasia Ilahi
Mutiara karya Syeikh Abdul Qodir Al-Jailany RA.

المقالة الحادية والستون

فـي الـتـوقـف عـنـد كـل شـئ حـتـى يـتـبـيـن لـه إبـاحـة فـعـلـه

قـال رضـي الله تـعـالى عـنـه و أرضـاه : كل مؤمن مكلف بالتوقف و التفتيش عند حضور الأقسام عن التناول و الأخذ، حتى يشهد له الحكم بالإجابة، و العلم بالقسمة، و المؤمن فتاش و المنافق لقاف. و قال صلى الله عليه و سلم ( المؤمن وقاف ) و قال صلى الله عليه و سلم : ( دع ما يريبك إلى ما لا يريبك ) فالمؤمن يقف عند كل قسم من مأكول و مشروب و ملبوس و منكوح و سائر الأشياء التي تفتح له فلا يأخذ حتى يحكم له بجواز الأخذ و التناول كحكمه إذا كان في حالة التقوى. أو حتى يحكم له بذلك الأمر إذا كان في حالة الولاية. أو حتى يحكم العلم في حالة البدلية و الغوثية، و الفعل الذي هو القدر المحض و هي حالة الفناء، ثم تأتيه حالة أخرى تتناول كل ما يأتيه و يفتح له ما لم يعترض عليه الحكم والأمر والعلم، فإذا اعترض أحد هذه الأشياء امتنع من التناول، فهي ضد الأولى.
ففي الأولى الغالب عليه التوقف و التثبت. و في الثانية الغالب عليه التناول و الأخذ و التلبس بالفتوح. ثم تأتى الحالة الثالثة.
فالتناول المحض و التلبس بما يفتح من النعم من غير اعتراض أحد الأشياء الثلاثة و هي حقيقة الفناء، فيكون المؤمن فيها محفوظاً من الآفات وخرق حدود الشرع مصاناً مصروفاً عنه الأسواء، كما قال الله تعالى : كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاء إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ.يوسف24. فيصير العبد مع الحفظ عن خرق الحدود كالمقرض إليه المأذون له و المطلق له في الإباحات الميسر له الخير، ما يأتيه قسمه المصفى له من الآفات و التبعات في الدنيا و الآخرة، و الموافق لإرادة الحق و رضاه و فعله و لا حالة فوقها و هي الغاية، و هي السادة الأولياء الكبار الخلص أصحاب الأسرار، الذين أشرفوا على عتبة أحوال الأنبياء صلوات الله عليهم أجمعين.

RISALAH 61

Setiap mu’min harus mengadakan pemeriksaan dan penelitian terlebih dahulu serta tidak boleh tergesa-gesa ketika bagian-bagiannya sampai kepadanya dan ia terima, sampai datang perintah hukum yang menyatakan bahwa bagian itu dibolehkan untuknya dan ilmu Allah yang menghalalkan dan membenarkan bahwa bagian itu adalah untuknya. Nabi bersabda, “Sesungguhnya orang mu’min itu berwaspada, sedangkan orang munafik itu terus menerkam apa saja yang datang kepadanya.” Beliau juga bersabda, “Orang mu’min itu tidak terburu-buru.” “Buanglah segala sesuatu yang menimbukan keraguan di dalam hatimu dan terimalah segala sesuatu yang tidak meragukan.”, demikian sambung beliau.

Jadi, orang mu’min itu selalu berhati-hati terhadap semua perkara seperti makanan, minuman, pakaian, perkawinan dan apa saja yang sampai kepadanya. Ia tidak akan asal menerima saja (nerimo), kecuali jika ia telah yakin bahwa perkara itu halal. Ini di dalam peringkat mu’min biasa. Sedangkan dalam peringkat wilayah (kewalian), maka terlebih dahulu ia mendengarkan perintah hatinya; jika hatinya itu menghalalkan, maka barulah ia menerimanya. Jika dalam peringkat Abdal dan Ghauts, maka ia menentukannya dengan ilmu Allah. Dan jika dalam peringkat fana’, peringkat terakhir, maka ia mengikuti perbuatan Allah, dan ini adalah takdir itu sendiri.

Masih ada satu peringkat keadaan lagi, di mana seorang menerima apa saja yang datang kepadanya selagi masih mengikuti hukum-hukum syari’at atau perintah hati atau ilmu Allah. Tetapi, jika ketiga perkara tersebut melarangnya, maka apa yang dilarangnya itu tidak akan diterima olehnya. Keadaan peringkat ini bertentangan dengan keadaan peringkat pertama, di mana kewaspadaan dan kehati-hatian diperlukan, sedangkan peringkat ini hanya memerlukan penerimaan saja.

Masih ada peringkat lain lagi yang lebih atas daripada peringkat tadi. Dalam peringkatini, seseorang hanya menerima saja dan mempergunakannya tanpa mengikuti hukum syari’at, perintah hati atau ilmu Allah. Inilah hakekat fana’. Dalam peringkat ini, si mu’min berada dalam pemeliharaan Allah semata-mata dan ia tidak lagi dijamah oleh malapetaka, iblis, dosa dan noda, atau keluar dari hukum-hukum syari’at. Firman Allah, “… demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (QS 12:24)

Dengan demikian, si hamba tadi terpelihara oleh Allah dari melanggar batas-batas hukum. Segala hal ihwalnya dipelihara oleh Allah. Allah memberikan kekuasaan kepadanya untuk mendapatkan segala kebaikan. Jadi, apa saja yang datang kepadanya adalah terlepas dari kesusahan, bencana dan kesulitan di dunia dan di akhirat serta ia benar-benar bersesuaian dengan keridhaan, tujuan dan perbuatan Allah SWT. Tidak ada peringkat yang lebih tinggi lagi dari ini. Inilah tujuan. Peringkat ini dimiliki oleh ketua para wali yang besar, yang mereka itu adalah orang-orang suci dan memiliki rahasia-rahasia Allah, yaitu orang-orang yang sampai ke gerbang keadaan yang dimiliki oleh para Nabi. Semoga kesejahteraan dilimpahkan kepada mereka.



المقالة الثانية والستون

فـي الـمـحـبـة و الـمـحـبـوب و مـا يـجـب فـي حـقـهـمـا

قـال رضـي الله تـعـالى عـنـه و أرضـاه : ما أكثر ما يقول المؤمن قرب فلان و بعدت، وأعطى فلان و حرمت، وأغنى فلان و أفقرت و وفى فلان و أسقمت، و عظم فلان و حقرت، و حمد فلان و ذممت، و صدق فلان و كذبت. أما يعلم أنه الواحد. وأن الواحد يحب الوحدانية في المحبة، و يحب الواحد في محبته.
إذا قربك بطريق غيره نقصت محبتك له عز و جل و شعبت فربما دخلك الميل إلى من ظهرت المواصلة و النعمة على يديه، فتنقص محبة الله في قلبك، و هو عز و جل غيور لا يحب شريكه فكف أيدي الغير عنك بالمواصلة و لسانه عن حمدك و ثنائك و رجليه عن السعي إليك كيلا تشتغل به عنه، أما سمعت قول النبي صلى الله عليه و سلم : ( جبلت القلوب على حب من أحسن إليها ) فهو عز و جل يكف الخلق عن الإحسان إليك من كل وجه و سبب حتى توحده و تحبه، و تصير له من كل وجه بظاهرك و باطنك في حركاتك و سكناتك، فلا ترى الخير إلا منه و لا الشر إلا منه عز و جل ، و تفنى عن الخلق و عن النفس، و عن الهوى و الإرادة و المنى، و عن جميع ما سوى المولى، ثم يطلق الأيدي إليك بالبسط و البذل و العطاء، و الألسن بالحمد و الثناء فيدلك ابداً في الدنيا ثم في العقبى، فلا تسئ الأدب، انظر إلى من ينظر إليك، و اقبل على من أقبل إليك، و أحب من يحبك و استجب من يدعوك و أعط يدك من يثبتك من سقطك و يخرجك من ظلمات جهلك، و ينجيك من هلكك و يغسلك من نجاسك، و ينظفك من أوسخاك، و يخلصك من جيفك و نتنك، و من أوهامك الردية، و من نفسك الأمارة بالسوء و أقرانك الضلال المضلين شياطنيك، و أخلائك الجهال قطاع طريق الحق الحائلين بينك و بين كل نفيس و ثمين و عزيز.
إلى متى المعاد، إلى متى الحق، إلى متى الهوى، إلى متى الرعونة، إلى متى الدنيا، إلى متى الآخرة، إلى متى سوى المولى؟ أين أنت من خالقك و الأشياء، و المكون الأول الآخر الظاهر الباطن، و المرجع و المصدر إليه، و له القلوب و طمأنينة الأرواح و محط الأثقال و العطاء و الامتنان، عز شأنه.

RISALAH 62

Alangkah mengherankan bila kamu selalu mengatakan bahwa si Anu itu dekat kepada Allah, tetapi si Anu itu jauh dari Allah; bahwa si Anu itu diberi karunia, sedangkan si Anu itu tidak diberi; bahwa si Anu itu dikayakan, sedangkan si Anu itu dimiskinkan; bahwa si Anu itu disehatkan, tetapi si Anu itu disakitkan; bahwa si Anu itu dimuliakan, tetapi si Anu itu dihinakan; bahwa si Anu itu dipuji, sedangkan si Anu itu dicaci; dan bahwa si Anu itu dibenarkan, sedangkan si Anu itu disalahkan.

Tidakkah kamu mengetahui bahwa Dia itu Satu dan bahwa Yang Satu itu menyukai kesatuan di dalam perkara cinta dan menyayangi orang yang cintanya hanya satu, yaitu kepada Dia ?

Jika kamu dibawa untuk dekat kepada-Nya melalui selain Dia, maka cintamu kepada-Nya itu akan ternoda dan tidak lagi satu. Sebab, kadangkala terlintas di dalam pikiranmu bahwa kamu bisa mendapatkan karunia dan keberkatan itu lantaran melalui selain Dia itu. Akhirnya, cintamu kepada Allah akan tercacad. Allah Yang Maha Besar cemburu kepadamu, karena kamu telah menyekutukan cintamu kepada-Nya dengan cintamu kepada yang selain Dia. Oleh karena itu, Dia menahan tangan orang lain untuk menolongmu, menahan lidah mereka untuk memuji kamu dan menahan kaki mereka untuk melangkah menuju kamu, agar dengan demikian mereka tidak dapat memalingkan kamu dari Dia sendiri. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Hati itu telah dijadikan sedemikian rupa, sehingga seseorang itu terpaksa mencintai orang yang memberi kebaikan dan membenci orang yang memberi mudharat kepada dirinya.”

Jadi, Allah menahan seseorang untuk berbuat baik terhadapmu sampai kamu menyadari keesaan-Nya dan mencintai-Nya dengan sepenuh hati, tanpa membagi kecintaan, baik secara lahir maupun batin dan baik ketika bergerak maupun ketika diam, sehingga kamu menyadari bahwa tidak ada kebaikan yang datang, kecuali kebaikan yang datang dari Allah, kamu menyadari bahwa segala kebaikan dan kejahatan itu semuanya datang dari Allah SWT dan kamu terus hilang dari mahluk dan diri kamu sendiri, dari kehendak dan keinginan kamu sendiri, dan apa saja selain Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi.

Setelah itu, barulah tangan mereka akan dibukakan untuk kamu dengan kemurahan dan pemberian mereka, dan lidah mereka akan memuji kamu. Kemudian, kamu akan dipelihara dengan sebaik-baiknya di sepanjang masa, baik di dalam dunia ini maupun di akhirat kelak.

Oleh karena itu, janganlah kamu bersikap kurang sopan. Lihatlah orang melihat kamu. Jagalah orang yang menjaga kamu. Cintailah orang yang mencintai kamu. Jawablah orang yang memanggilmu. Peganglah tangan orang yang memegangmu dari jatuh tersungkur, yang membawamu keluar dari gelapnya kejahilan, yang menyelamatkanmu dari kebinasaan, yang membersihkan kotoran-kotoranmu, yang mengeluarkanmu dari kehinaan, yang melepaskanmu dari cengkeraman hawa nafsu iblismu dan yang mengasingkan dirimu dari teman-temanmu yang jahil dan menghalangimu untuk menuju Allah.

Berapa lamakah kamu akan tetap tinggal bersama hawa nafsu kebinatanganmu, bersama mahluk, bersama kehendak dan keinginanmu, bersama keingkaranmu, bersama kehidupan dunia dan akhiratmu serta bersama apa saja selain Allah ?

Mengapa kamu menjauh dari Pencipta mahluk dan yang mewujudkan segalanya, Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Batin, tempat kembali dan tempat bermula segala sesuatu, yang memiliki hati dan kedamaian jiwa, yang meringankan beban, yang memberi karunia dan yang memberi rahmat dan ni’mat ?

المقالة الثالثة والستون

فــي نــوع مــن الــمــعــرفــة

قـال رضـي الله تـعـالى عـنـه و أرضـاه : رأيت في المنام كأني أقول يا مشرك بربه في باطنه بنفسه و في ظاهره بخلقه و في عمله بإرادته، فقال رجل إلى جنبي ما هذا الكلام، فقلت هذا نوع من أنواع المعرفة.

RISALAH 63

Pernah di dalam mimpiku seakan-akan aku berkata, “Wahai kamu yang menyekutukan Tuhanmu dengan dirimu sendiri di dalam pikiranmu, dengan mahluk-Nya di dalam perbuatan lahirmu, dan dengan keinginanmu di dalam perbuatanmu.” Mendengar seruanku itu, orang yang berada di sisiku bertanya, “Apa yang terjadi ?” Jawabku, “Ini adalah sejenis ilmu kerohanian.”

المقالة الرابعة والستون

فــي الـمـوت الذي لا حـيـاة فـيـه و الـحـيـاة الـتـي لا مـوت فـيـهـا

قـال رضـي الله تـعـالى عـنـه و أرضـاه :ضاق أبى الأمر يوماً فتحرك في النفس، فقيل لي : ماذا تريد؟؟ فقلت: أريد موتاً لا حياة فيه و حياة لا موت فيها؟؟ فقيل لي: ما الموت الذي لا حياة فيه و ما الحياة التي لا موت فيها؟؟ قلت:الموت الذي لا حياة فيه موتى عن جنسي من الخلق فلا أراهم في الضر و النفع، و موتى عن نفسي و هوائي و إرادتي و منائى في الدنيا و الأخرى فلا أحس في جميع ذلك و لا أجد.
و أما الحياة التي لا موت فيها: فحياتي بفعل ربى عزّ و جلّ بلا وجودي فيه، و الموت في ذلك وجودي معه عزّ و جلّ، فـكـانـت هـذه الإرادة أنـفـس إرادة أردتـهـا مـنـذ عـقـلـت.


RISALAH 64

Pada suatu hari, suatu perkara telah mengacaukan pikiranku. Batinku terasa berat menanggung beban itu. Kemudian aku memohon kesenangan dan kesentosaan serta jalan jeluar. Aku ditanya tentang apa yang aku inginkan. Aku berkata, “Aku menginginkan kematian yang tidak ada kehidupan di dalamnya dan suatu kehidupan yang tidak ada kematian di dalamnya.”

Kemudian, akupun ditanya lagi tentang jenis kematian yang tidak ada kehidupan di dalamnya dan jenis kehidupan yang tidak ada kematian di dalamnya. Aku menjawab, “Kematian yang tidak ada kehidupan di dalamnya ialah kematianku dari jenisku sendiri supaya aku tidak melihatnya, baik ia memberikan manfaat maupun memberikan mudharat, dan kematian dari diriku sendiri, dari keinginanku, tujuanku dan harapanku dalam hal keduniaan dan keakhiratan, sehingga aku tidak berada dalam semua ini. Sedangkan kehidupan yang tidak ada kematian di dalamnya ialah kehidupanku dengan perbuatan Tuhanku di dalam keadaanku yang tidak ada wujud di dalamnya, dan kematianku di dalamnya adalah wujudku dengannya. Oleh karena aku telah mengetahui hal ini, maka ini menjadi tujuanku yang paling berharga sekali.”

المقالة الخامسة والستون

فـي الـنـهـي عـن الـتـســخـط عـلـى الله فـي تـأخـيـر إجـابـة الـدعـاء

قـال رضـي الله تـعـالى عـنـه و أرضـاه : ما هذا التسخط على ربك عزَّ و جلّ من تأخير إجابة الدعاء؟؟ تقول حرم على السؤال للخلق و أوجب على السؤال و أنا أدعوه و هو لا يجبيبنى فيقال لك أحر أنت أم عبد فإن قلت أنا حر فأنت كافر وغن قلت أنا عبد لله، فيقال لك أمتهم أنت لوليك في تأخير إجابة دعائك و شاك في حكمته و رحمته بك و بجميع خلقه وعلمه بأحوالهم أو غير متهم له عزَّ و جلّ ؟؟ فإن كنت غير متهم له و مقر بحكمته و إرادته و مصلحته لك و تأخير ذلك فعليك بالشكر له عزَّ و جلّ، لأنه اختار لك الأصلح و النعمة و دفع الفساد، و إن كنت متهماً له في ذلك فأنت كافر بتهمتك له، لأنك بذلك نسبت له الظلم و هو ليس بظلام للعبيد، لا يقبل الظلم و يستحيل عليه أن يظلم إذ هو مالكك و مالك كل شئ فلا يطلق عليه اسم الظالم، و إنما الظالم من يتصرف في ملك غيره بغير إذنه فانسد عليك سبيل التسخط عليه في فعله فيك بما يخالف طبعك و شهوة نفسك و إن كان في الظاهر مفسدة لك.
فعليك بالشكر و الصبر و الموافقة، و ترك السخط و التهمة و القيام مع رعونة النفس و هواها الذي يضل عن سبيل الله.
وعليك بدوام الدعاء و صدق الالتجاء، و حسن الظن بربك عزَّ و جلّ، و انتظار الفرج منه، و التصديق بوعده، و الحياء منه، و الموافقة لأمره، و حفظ توحيده و المسارعة إلى أداء أوامره، و التماوت عن نزول قدره بك و بفعله فيك، و إن كان لابد أن تتهم و تسئ الظن فنفسك الأمارة بالسوء العاصية لربها عزَّ و جلَّ أولى بهما، و نسبتك الظلم إليها أحرى من مولاك. فاحذر موافقتها و موالاتها، و الرضى بفعلها و كلامها في الأحوال كلها، لأنها عدوة الله و عدوتك، و موالية لعدو الله و عدوك الشيطان الرجيم، هي خليلته و جاسوسته و مصافيته، الله الله ثم الله، الحذر الحذر النجا النجا، أتهمها و أنسب الظلم إليها و اقرأ عليها قوله عزَّ و جلّ :مَّا يَفْعَلُ اللّهُ بِعَذَابِكُمْ إِن شَكَرْتُمْ وَآمَنتُمْ.النساء147. وقوله عزَّ و جلّ : إِنَّ اللّهَ لاَ يَظْلِمُ النَّاسَ شَيْئاً وَلَـكِنَّ النَّاسَ أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ.يونس44. و غيرها من الآيات و الأخبار.
كن مخاصماً لله على نفسك مجادلاً لها عنه عزَّ و جلّ، و محارباً و سيافاً و صاحب جنده و عسكره، فإنها أعدى عدو الله عزَّ و جلّ، قال الله تعالى : " يا داود أهجر هواك فإنه لا منازع ينازعني في ملكي غير الهوى ".


RISALAH 65

Mengapa kamu marah kepada Allah lantaran doamu lambat diterima-Nya ? Kamu mengatakan bahwa kamu telah dilarang meminta kepada orang dan disuruh meminta kepada Allah saja. Kamu memohon kepada-Nya, tetapi Dia tidak memperkenankan permohonanmu.

Inilah jawabanku untukmu, “Apakah kamu seorang yang merdeka atau seorang budak ? Jika kamu mengatakan bahwa kamu itu seorang yang merdeka, maka itu menandakan bahwa kamu adalah seorang kafir. Tetapi, jika kamu mengatakan bahwa kamu adalah budak, maka aku akan bertanya padamu, ‘Apakah kamu akan menyalahkan tuanmu sendiri lantaran ia terlambat memenuhi permintaanmu, ragu tentang kebijaksanaan dan rahmatnya kepadamu dan kepada seluruh mahluk dan ragu tentang ilmunya yang mengetahui segala perkara ?

Atau, apakah kamu tidak menyalahkan Allah ? Jika kamu tidak menyalahkan-Nya dan mengakui kebijaksanaan-Nya di dalam melambatkan penerimaan doamu itu, maka wajiblah kamu bersyukur kepada-Nya, karena Dia telah membuat peraturan yang sebaik-baiknya untukmu, memberikan faidah kepadamu dan menjauhkanmu dari mudharat. Jika kamu menyalahkan Tuhan dalam hal ini, maka kamu adalah seorang yang kafir. Sebab, dengan menyalahkan-Nya itu berarti kamu menganggap Tuhan tidak adil, padahal Dia Maha Adil dan sekali-kali tidak dholim terhadap hamba-hamba-Nya. Mustahil jika Dia itu tidak adil. Maha Suci Dia dari sifat-sifat yang tercela. Ketahuilah, bahwa Dia itu adalah Tuhanmu yang memiliki segalanya. Dia mengawasi segalanya. Dia melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya. Oleh karena itu, istilah tidak adil dan dholim tidak berlaku bagi Allah. Orang yang dholim itu adalah orang yang mengganggu kepunyaan orang lain tanpa seijinnya. Mungkin kamu sendiri yang dholim, bukan Allah yang dholim.

Maka, janganlah kamu menyalahkan-Nya dalam perbuatan-Nya yang tampak melalui kamu, walaupun itu tidak kamu sukai dan tidak sesuai dengan kehendakmu, dan meskipun pada lahirnya membahayakan kamu. Kamu wajib bersyukur, bersabar dan ridha dengan Allah. Janganlah kamu merasa kesal dan menyalahkan Dia, karena mungkin hal itu akan memalingkan kamu dari jalan Allah. Kamu wajib selalu melakukan shalat dengan ikhlas, berbaik sangka terhadap Allah, percaya kepada janji-janji-Nya, men-tauhid-kan-Nya, menjauhi larangan-Nya, melaksanakan perintah-Nya dan bersikap seperti orang mati ketika Dia memanifestasikan takdir dan perbuatan-Nya terhadapmu.

Jika hendak menyalahkan juga dan terpaksa berbuat demikian, maka salahkanlah dirimu sendiri yang berisikan iblis dan ingkar kepada Allah Yang Maha Kuasa. Lebih baik kamu mengatakan bahwa diri kamu yang dholim dan bukan Allah yang dholim. Oleh karena itu, berhati-hatilah. Janganlah kamu benar-benar menuruti dirimu sendiri dan ridha dengan perbuatan dan perkataannya dalam semua keadaan, karena ia adalah musuh Allah dan musuh kamu. Ia adalah sahabat musuh Allah dan musuh kamu, yaitu setan yang dilaknat.

Takutlah kamu kepada Allah. Berwaspadalah dan berhati-hatilah. Larilah dari musuhmu ! Salahkanlah dirimu sendiri. Katakanlah bahwa dirimulah yang dholim itu. Dan katakanlah kepadanya ayat Allah ini, “Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman ?” (QS 4:147) dan ayat ini, “(Akan dikatakan kepadanya), “Yang demikian itu, adalah disebabkan perbuatan yang dikerjakan oleh kedua tangan kamu dahulu dan sesungguhnya Allah sekali-kali bukanlah penganiaya hamba-hamba-Nya.”” (QS 22:10) dan ayat ini lagi, “Sesungguhnya Allah tidak berbuat dholim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat dholim kepada diri mereka sendiri.” (QS 10:44).

Bacakanlah kepada dirimu ayat-ayat ini dan ayat-ayat lainnya yang berkenaan dengan hal ini, dan juga hadits Nabi SAW. Perangilah dirimu sendiri karena Allah. Lawanlah dan bunuhlah dirimu itu. Jadilah tentara Allah dan panglima perang-Nya. Karena diri itu adalah musuh Allah yang paling besar di antara musuh-musuh-Nya.

Allah berfirman kepada Daud yang kurang lebih maksudnya ialah, “Hai Daud, buanglah hawa nafsumu, karena tidak ada yang melawan-Ku dalam kepunyaan-Ku, melainkan hawa nafsu manusia.”

No comments:

Post a Comment