Diceritakan ada seseorang tertimpa kelaparan pada masa Hisyam ibnu Abdu Makkah, banyak orang masuk istana diantaranya Darwis ibnu Habib al-Ghozali, dia memakai jubah sederhana (sufi), terlihat sosok yang terkena musibah. Tatkala Hisyam mengetahuinya, dia tampak marah seraya mengatakan, “apakah semua orang diberi ijin masuk?”. Kemudian dia sadar bahwa itu tertuju kepadanya, lantas dia mengatakan: “hai Amir!
Apakah aku tidak diizinkan untuk masuk?, merupakan suatu kehormatan sekiranya aku masuk majlismu.”
Tatkala aku mengetahui orang-orang yang sedang berkumpul membahas permasalahan, aku ikut serta bersama mereka. “
Kalau kamu mengijinkan aku berbicara, maka aku akan berbicara”, Hisyam berkata: “Demi Allah kamu berbicara saja, karena saya tidak mengetahui kabilah lain, selain kamu.” Darwis berkata: “Hai Amir, aku mengeatahui tiga perkara prilaku seseorang: Yang pertama : orang yang merasakan lemak, yang kedua : orang yang memakan daging, yang ketiga : orang yang memcium tulang”.
“Dan demi Allah! kamu punya banyak harta. Kalau kekurangannya benar, maka kasihanilah mereka, kalau kamu punya peran terhadap mereka, ringankanlah sebagian penderitaan mereka. Kalau kamu bagian dari mereka sedekahkanlah untuk mereka. Sesungguhnya Allah membalas orang yang bersedekah dan tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. Demi Allah! Saya tidak meninggalkan salah satu dari tiga perkara tersebut”.
Kemudian Hisyam menyuruh membagikan 100 ribu dinar kepada orang-orang. Dan untuk Darwis 100 ribu dirham. Darwis bertanya: “apakah masih ada sosok seperti dia?”. Maka dijawab: “tidak! dan juga tidak digantikan oleh baitul mal.” Darwis mengatakan: “saya tidak mau tahu apa yang menimpamu.” Kemudian aku kembali ke kabilahnya, Hisyam menyuruh membagikan harta untuk dia.
Tatkala harta sudah sampai, Darwis membagikan 90 ribu untuk sembilan kabilah dari harta dan sisa untuknya juga untuk desanya atau kotanya 10 ribu. Tatkala diceritakan kejadian itu pada Hisyam, Hisyam mengatakan: “bagus sesuatu yang dibuat akan dibalas setimpal dengan amalnya.
No comments:
Post a Comment