Thursday, April 28, 2016

KERUGIAN MENYIBUKKAN DIRI DENGAN DUNIA | KIDUNG PENAWAR KALBU

DUA KERUGIAN AKIBAT MENYIBUKKAN DIRI DENGAN DUNIAWI

Seorang penyair berkata:

Wahai orang yang sibuk dengan dunia sesungguhnya ia telah tertipu oleh panjangnya angan-angan Atau selalu berada dalam kelalaian hingga ajal mendekatinya. Kematian itu datang tanpa pemberitahuan. Balasan amal perbuatan menanti di alam kubur. Bersabarlah dalam menghadapi kesusahan dunia
sebab tiada kematian kecuali jika ajalnya

Rasulullah S.A.W bersabda:

"Menjauhi kesenangan dunia lebih pahit rasanya daripada pahitnya bratawali dan lebih menyakitkan daripada sabetan pedang di medan peperangan. Tiada seorang pun yang menjauhinya, melainkan dianugerahi oleh Allah pahala yang sama seperti yang diberikan-Nya kepada para syuhada.

Cara menjauhi kesenangan duniawi adalah dengan sedikit makan dan tidak terlalu kenyang serta tidak suka dipuji orang. Barang siapa yang suka dipuji orang, berarti dia menyukai dunia dan kesenangannya. Oleh karena itu, barang siapa yang ingin meraih kesenangan yang hakiki hendaknya menjauhi keduniawian dan pujian orang lain." (HR. Dailami).

"Barang siapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuannya, maka Allah akan membuat baik semua urusannya, menjadikan kekayaannya ada di hatinya, dan dunia akan datang kepadanya dengan mudah. Barang siapa yang menjadikan dunia sebagai tujuannya, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran ada didepan matanya, dan dunia tidak akan datang kepadanya, kecuali sebatas yang telah ditentukan."

DUA KIDUNG PENAWAR KALBU (TOMBO ATI)

1. "Ya Allah, aku ingin mengerjakan semua kebaikan, tapi apa daya tangan tak sampai.

2. Maafkanlah segala kekuranganku. Engkau Maha tidak memerlukan dari menyiksaku.

Karena semua dosa-dosaku tidak merugikan-Mu, begitu pula semua ketaatanku tidak menguntungkan-Mu."
Berikut ini adalah bait-bait syair yang telah diijazahkan kepadaku oleh salah seorang ulama terkemuka untuk dibaca tujuh kali usai Sholat Jum'at, yang artinya sebagai berikut:

"Ya Tuhanku, tak layak bagiku menghuni surga Firdaus-Mu
namun aku tak kuat bila menempati neraka Jahim.
Maafkanlah semua kesalahanku dan ampunilah semua dosaku
karena hanya Engkaulah yang mengampuni dosa-dosa yang besar.
Perlakukanlah daku dengan perlakuan yang terhormat
dan kokohkanlah keyakinanku pada jalan yang benar."

Diceritakan bahwa pada suatu hari Abu Bakar Asy-Syibli datang kepada Ibnu Mujahid. Tiba-tiba Ibnu Mujahid merangkulnya, lalu mencium keningnya. Ketika ditanyakan kepadanya tentang sambutannya kepada Asy-Syibli itu, ia menjawab: "Aku telah bermimpi melihat Rasulullah S.A.W mencium Abu Bakar Asy-Syibli, lalu aku bertanya kepada Rasulullah S.A.W, mengapa engkau berbuat demikian kepada Asy-Syibli? Beliau menjawab: 'Karena, tidaklah ia mengerjakan shalat fardhu, melainkan dia membaca dua ayat berikut ini sesudahnya:

Sesunggunya telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kalangan kalian sendiri. Berat terasa olehnya penderitaan kalian: dan dia sangat menginginkan (keselamata dan keimanan) bagi kalian dan amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. Jika mereka berpaling (dari keimanannya), maka katakanlah: 'Cukuplah Allah bagiku; tiada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal; dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung." (QS. At-Taubah (9): 128-129)

Sesudah itu membaca shalawat berikut untukku, yaitu: 'Shollallohu 'alaika ya Muhammad.' (Semoga Allah melimpahkan shalawat-Nya kepadamu, wahai Muhammad). Selanjutnya, aku menanyakan kepada Asy-Syibli bacaan yang dia ucapkan sesudah shalatnya, maka ia menyebutkan hal yang semisalnya."

Nama asli Abu Bakar Asy-Syibli adalah Dalaf bin Jahdar Al-Baghdadi. Ia seorang tokoh ahli ma'rifat dan hidup pada masa Syekh Junaid dan masa madzhab Maliki. Ia meninggal pada tahun 334 Hijriyah dalam usia 87 tahun dan dimakamkan di Baghdad.

No comments:

Post a Comment